Waspadai Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Brrie Avatar
Waspadai Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Lonjakan Kasus Keracunan MBG di Berbagai Daerah

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah sejatinya membawa semangat mulia — memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi seimbang setiap hari. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah daerah di Indonesia justru dikejutkan oleh kasus keracunan massal yang diduga berasal dari makanan program MBG.

Di Purworejo, sebanyak 127 siswa harus mendapatkan perawatan medis setelah menyantap menu MBG dari dapur sekolah.
Kasus serupa juga terjadi di NTT, di mana 384 orang — termasuk bayi dan ibu hamil — dilaporkan keracunan.
Sementara itu, di Sleman dan Lebong, hasil uji laboratorium Universitas Gadjah Mada menemukan keberadaan bakteri E. coli, Clostridium, dan Staphylococcus aureus dalam sampel makanan dan muntahan korban.

Menurut data JPPI (Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia), hingga awal Oktober 2025 jumlah korban keracunan MBG telah menembus lebih dari 10.000 orang di seluruh Indonesia. Sebagian besar korban adalah anak-anak sekolah dasar dan santri pesantren.

Mengapa Keracunan Makanan Bisa Terjadi?

Banyak pihak menganggap kasus MBG hanyalah masalah distribusi, padahal akar persoalannya terletak pada keamanan pangan. Berikut beberapa penyebab umum keracunan makanan yang juga bisa terjadi dalam skala rumah tangga maupun katering besar:

1. Kebersihan Dapur dan Alat Masak yang Buruk

Makanan dapat terkontaminasi jika alat masak, talenan, atau wadah makanan tidak dibersihkan dengan benar. Bakteri seperti E. coli dan Salmonella sangat mudah tumbuh di peralatan lembap yang tidak steril.

2. Penyimpanan Makanan yang Salah

Makanan matang yang dibiarkan lebih dari dua jam pada suhu ruang bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Dalam kasus MBG, makanan yang dimasak pagi hari dan baru dibagikan siang tanpa pendinginan bisa menjadi sumber keracunan.

3. Proses Distribusi yang Tidak Tepat

Jarak pengiriman yang jauh tanpa fasilitas pendingin, serta wadah yang terbuka, dapat menyebabkan makanan rusak dan berbahaya dikonsumsi.

4. Kurangnya Pelatihan Penjamah Makanan

Pekerja dapur yang tidak mencuci tangan, tidak memakai sarung tangan atau masker, atau bekerja dalam kondisi sakit bisa menjadi sumber kontaminasi silang.

5. Bahan Makanan yang Tidak Segar atau Kadaluarsa

Kadang, karena kebutuhan produksi massal, kualitas bahan makanan diabaikan. Sayur atau daging yang sudah tidak segar berpotensi membawa bakteri patogen.

Gejala Keracunan Makanan yang Harus Diwaspadai

Keracunan makanan biasanya muncul dalam 1–12 jam setelah makan. Gejalanya bisa ringan sampai berat, tergantung jenis zat atau bakteri penyebab.

Perhatikan tanda-tanda berikut:

  • Mual dan muntah berulang
  • Sakit perut dan kram hebat
  • Diare (kadang disertai darah atau lendir)
  • Badan lemas, pusing, dan dehidrasi
  • Demam atau suhu tubuh meningkat

Jika gejala-gejala tersebut muncul, jangan tunggu sampai parah. Terutama pada anak-anak, lansia, dan ibu hamil — dehidrasi bisa cepat terjadi dan membahayakan nyawa.

Apa yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Keracunan Makanan?

  1. Segera hentikan konsumsi makanan yang dicurigai.
  2. Minum air putih atau oralit untuk mencegah dehidrasi.
  3. Jangan minum obat antidiare tanpa petunjuk dokter, karena bisa memperparah kondisi jika penyebabnya bakteri.
  4. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat, terutama jika korban banyak muntah atau lemas.

IGD RSU Ananda Srengat Siaga 24 Jam untuk Kasus Keracunan

Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala keracunan makanan, jangan panik dan jangan tunda ke rumah sakit.
Unit Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Ananda Srengat siap memberikan:

  • Penanganan cepat kasus keracunan makanan dan dehidrasi.
  • Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan.
  • Terapi cairan, detoksifikasi, dan perawatan lanjutan oleh dokter berpengalaman.

Tim kami siaga 24 jam penuh, dengan pelayanan yang cepat, ramah, dan nyaman — sesuai motto kami:
Sehangat Rumah, Senyaman Keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *